Pernahkah Anda memiliki keinginan membeli barang yang Anda inginkan saat ini? Bayangkan dua barang yang sangat Anda inginkan saat ini. Barang mana yang akan Anda pilih? Misalnya, Anda tentu memilih barang A karena ia dapat memberi kepuasan paling tinggi. Artinya Anda lebih menyukai barang A daripada barang B bukan? Jadi tidak mengherankan jika utilitas dianggap sebagai fungsi psikologi bagi konsumen yang dapat di ukur. Untuk itu para ahli di bidangnya menggunakan utilitas sebagai alat pengukur perilaku konsumen dalam mengonsumsi barang yang dapat memberikan kepuasan tertinggi.
Perilaku konsumen dapat dikenali melalui dua pendekatan yaitu pendekatan kardinal (cardinal approach) dan pendekatan ordinal (ordinal approach).
- Pendekatan Kardinal, adalah tambahan kepuasan yang diperoleh karena tambahan unit barang yang dikonsumsi. Misalnya Anda memesan semangkuk bakso yang dan melahap bakso yang Anda sukai tersebut. Setelah makan, Anda merasa kepuasan Anda bertambah bukan? Untuk itu jika Anda memesan dua atau lebih lagi, dengan demikian harapan kepuasannya akan semakin bertambah.
- Pendekatan Ordinal, menegaskan bahwa kepuasan tidak perlu diukur, tetapi cukup dibuat peringkat atau ranking. Konsumen harus mampu membuat keputusan untuk memilih suatu barang yang akan dikonsumsi diantara berbagai pilihan yang ia hadapi. Pendekatan inidengan kata lain adalah untuk mencari alternative dari suatu unit barang atau kombinasi.
- Motivasi. Tindakan konsumen membeli suatu barang berdasarkan atas motivasinya untuk memiliki barang atau jasa yang ia inginkan.
- Persepsi. Dari sekian banyak informasi yang didapat, konsumen memiliki kecenderungan untuk membeli suatu barang atau jasa sesuai dengan kemampuannya.
- Personalitas. Sikap diri seseorang tentu menentukan perilakunya, juga terhadap pembentukan sikap konsumsinya akan membuat konsep sendiri sesuai dengan kebutuhannya.
- Integritas. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk mengonsumsi barang tertentu dan juga perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
- Berpikir jangka pendek. Selalu ingin yang langsung jadi (instan),
- Tidak terencana. Membeli produk hanya karena sedang booming,
- Senang berkumpul.
- Gagap teknologi.
- Berorientasi pada konteks. Lebih tertarik pada apa yang dilihatnya menarik,
- Lebih menyukai produk impor.
- Gengsi.
- Mengikuti budaya lokal.
- Isu Agama. Sangat ketat terhadap produk yang berbau Agama,
- Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan.
No comments:
Post a Comment